Celoteh Malam (Tentang Kesudahan)

Annyeong!

Sudah malam, tapi aku mau titip jejak tulisan yang kuketik tadi siang. Kuketik ini di ponsel selama lima menit saja. Dengan perasaan seperti permen nano-nano, sedikit kaget dan mata berembun.

Berawal dari direct message Instagram yang tidak lagi dibalas, terjawab sudah teka-tekinya. Ternyata dia menikah, sodara-sodara! 🦔

***

Pernah gak sih kalian bayangin, berkali-kali ketemu sama seseorang, yang kalian pikir tadinya bakal bisa jadi “someone special

Potensial banget, pokoknya udah “aku maunya ini, pokoknya kalau gak sama yang ini yaudah enggak lagi-lagi deh.”

Tapi nyatanya, harus mental lagi.
Duh, ampuun…. Mulai dari nol itu rasanya capek lhoo wkwkwk.

Bisa yah, dibawa ketawa, padahal tadi siang hampir mbrebes mili karena apa yang dikhawatirkan benar-benar kejadian: ditinggal nikah.

Fix ini ke-random-an yang paling parah sepanjang sejarah hidup aku dalam perjalanan “mulai lagi dari 0” pasca divorce.

Kapan kenalannya? Di mana? Udah berapa lama?


Gak terlalu gimana-gimana, gais… Alias smooth banget alurnya, dari awal sampai di titik merasa “alangkah indah kalau dia orangnya”.

Banyak doa tentang pasangan hidup, kecondongan mengarahnya ke orang ini. Udah sok iye banget kan.

Tapi ya kocak juga, sih. Berkali-kali lagi harus ambil hikmahnya.

Perasaanku? Campur aduk, iya.
Karena dari awal gak mau terlalu offensive, jadi bisa lebih tertata, sih, rasa malu nya. Dan (pinginnya) masih bisa berbesar hati mengucapkan kata-kata selamat, dong.

Meski kenyataannya lebih memilih pura-pura bego aja, pura-pura gak denger apa-apa, pura-pura “bukan urusan gue”.

Lagi-lagi harus buat afirmasi positif, kalau apa yang tidak ditakdirkan untuk kita, pasti gak akan jatuh ke kita.
Pun sebaliknya, yang ditakdirkan akan pulang menuju kita, pasti pulang, hanya saja entah kapan waktunya.

Yang paling bikin aku merasa mencelos adalah sebuah pemikiran kalau ini adalah konspirasi.

Apa deh, konspirasi?
Iya, konspirasi yang berujung konstipasi karena udah kelewat eneg mulai dari awal, perkenalan, tapi ujungnya gak jadi juga, hiks.

Konspirasi:
Apakah ini do’a dari dia yang sebenarnya?
Supaya aku dijauhkan dari distraksi, gak lirik kanan-kiri (maaf kalau ini kayaknya gak mempan), dan tetap terjaga dari tempat pulang yang sebenarnya bukan tempat pulang… Huhuhuuu…

Wuauw, mantaps banget doamu, sese-mas, abang, uda, atau siapa itu gak tau. Sampai satu per satu orang yang datang semua tumbang, pamit, atau giliran dia maju terus akunya yang melengos.

Kalau sebegitu manjur do’anya, udah si dirimu juga jangan kelamaan ngumpet, nyasar, atau entah sekarang lagi ada di mana.

Gak enak tau rasanya, kepingin pulang, tapi gak paham dimana rumah yang sebenarnya beneran rumah….
Mencari terus, sambil berharap kamu ada di ujung sana.
Sama-sama mencari, atau sama-sama menunggu.

Lelah, yuk ketemu di tengah aja, gak usah main petak umpet mulu kayak bocil 😔.

Well, mulai lagi dari awal?

Semoga masih ada energi untuk bangun dan giat kembali, setidaknya buat memperbaiki diri sendiri.

Jakarta, 5 Mei 2023.

Tinggalkan komentar