Celoteh Malam (Tentang Kesudahan)

Annyeong!

Sudah malam, tapi aku mau titip jejak tulisan yang kuketik tadi siang. Kuketik ini di ponsel selama lima menit saja. Dengan perasaan seperti permen nano-nano, sedikit kaget dan mata berembun.

Berawal dari direct message Instagram yang tidak lagi dibalas, terjawab sudah teka-tekinya. Ternyata dia menikah, sodara-sodara! 🩔

***

Pernah gak sih kalian bayangin, berkali-kali ketemu sama seseorang, yang kalian pikir tadinya bakal bisa jadi “someone special

Potensial banget, pokoknya udah “aku maunya ini, pokoknya kalau gak sama yang ini yaudah enggak lagi-lagi deh.”

Tapi nyatanya, harus mental lagi.
Duh, ampuun
. Mulai dari nol itu rasanya capek lhoo wkwkwk.

Bisa yah, dibawa ketawa, padahal tadi siang hampir mbrebes mili karena apa yang dikhawatirkan benar-benar kejadian: ditinggal nikah.

Fix ini ke-random-an yang paling parah sepanjang sejarah hidup aku dalam perjalanan “mulai lagi dari 0” pasca divorce.

Kapan kenalannya? Di mana? Udah berapa lama?


Gak terlalu gimana-gimana, gais… Alias smooth banget alurnya, dari awal sampai di titik merasa “alangkah indah kalau dia orangnya”.

Banyak doa tentang pasangan hidup, kecondongan mengarahnya ke orang ini. Udah sok iye banget kan.

Tapi ya kocak juga, sih. Berkali-kali lagi harus ambil hikmahnya.

Perasaanku? Campur aduk, iya.
Karena dari awal gak mau terlalu offensive, jadi bisa lebih tertata, sih, rasa malu nya. Dan (pinginnya) masih bisa berbesar hati mengucapkan kata-kata selamat, dong.

Meski kenyataannya lebih memilih pura-pura bego aja, pura-pura gak denger apa-apa, pura-pura “bukan urusan gue”.

Lagi-lagi harus buat afirmasi positif, kalau apa yang tidak ditakdirkan untuk kita, pasti gak akan jatuh ke kita.
Pun sebaliknya, yang ditakdirkan akan pulang menuju kita, pasti pulang, hanya saja entah kapan waktunya.

Yang paling bikin aku merasa mencelos adalah sebuah pemikiran kalau ini adalah konspirasi.

Apa deh, konspirasi?
Iya, konspirasi yang berujung konstipasi karena udah kelewat eneg mulai dari awal, perkenalan, tapi ujungnya gak jadi juga, hiks.

Konspirasi:
Apakah ini do’a dari dia yang sebenarnya?
Supaya aku dijauhkan dari distraksi, gak lirik kanan-kiri (maaf kalau ini kayaknya gak mempan), dan tetap terjaga dari tempat pulang yang sebenarnya bukan tempat pulang
 Huhuhuuu


Wuauw, mantaps banget doamu, sese-mas, abang, uda, atau siapa itu gak tau. Sampai satu per satu orang yang datang semua tumbang, pamit, atau giliran dia maju terus akunya yang melengos.

Kalau sebegitu manjur do’anya, udah si dirimu juga jangan kelamaan ngumpet, nyasar, atau entah sekarang lagi ada di mana.

Gak enak tau rasanya, kepingin pulang, tapi gak paham dimana rumah yang sebenarnya beneran rumah
.
Mencari terus, sambil berharap kamu ada di ujung sana.
Sama-sama mencari, atau sama-sama menunggu.

Lelah, yuk ketemu di tengah aja, gak usah main petak umpet mulu kayak bocil 😔.

Well, mulai lagi dari awal?

Semoga masih ada energi untuk bangun dan giat kembali, setidaknya buat memperbaiki diri sendiri.

Jakarta, 5 Mei 2023.

Review Jujur Produk Underwear Felancy Indonesia

Welcome to Bundanyacinta’s Blog!

Gaiiss.. Akutuh lagi happy banget, karena-ups, sebetulnya malu deh cerita (Ya Allah).

Gini, gini, yuk ngumpul dulu yuk… Terutama untuk para ladies. Oh ya, bapak-bapak juga boleh baca tulisanku ini. Mana tau bisa jadi referensi dan inspirasi untuk membahagiakan istri (tsah, jangan travelling pikirannya, Pak!).

Jadi, aku bahagia banget karena paket belanjaanku akhirnya datang. Biasa deh, Bundanyacinta kalau habis gajian langsung auto check-out keranjang belanjaan… Kalian tau gak, apa yang kubeli kali ini?

Yups, aku beli underwear dooong, wkwkwk. Kali ini aku beli underwear via online di website Felancy Indonesia.

It’s my first time, gais.

Aku termasuk orang yang gak pede-an kalau harus beli underwear. Pokoknya, beli underwear tuh rasanya sesuatu banget, apalagi kalau belinya offline. Ada rasa malu-malu gimana, gitu. Meski yang melayani perempuan, tetap aja ngerasa risi pas pegang-pegang bahannya, terus “dijembrengin” (apa sih Buund bahasanya aneh banget, “dijembrengin”) buat mengira-ngira ukurannya pas atau enggak. Pokoknya beneran risi deh.

Lah, selama ini memang belanjanya gimana? Psst… Selama ini sebisa mungkin aku minta tolong Mama buat beliin di tempat langganan kami. Tinggal minta beliin, lalu underwear sudah ada di rumah, nanti ganti uangnya. Nah, berhubung akhir-akhir ini aku lagi sibuk banget, sampai lupa deh kalau udah mulai perlu beli beberapa underwear lagi. Terus, terpikirlah buat beli online aja supaya cepet, bisa bebas pilah pilih gak pake malu-malu, dan gak ngerepotin Mama lagi deh. Yup, aku dikasih referensi sama temenku.

Aku spill ya ke kalian, seperti yang sudah aku ceritain di awal, underwear ini kubeli online di website Felancy Indonesia, brand lingerie yang hadir untuk memenuhi kebutuhan wanita akan lingerie dengan “value plus” yang terjangkau, dengan varian model yang menarik dan nyaman untuk dipakai sehari-hari.

Produk yang mereka jual ada banyak lho. Mulai dari bra, pantysleepwear, body shape, casual wear dan felancy sport. Nah, kemarin itu aku membeli celana dalam (panty). Sekalian aku review aja yah buat kalian, supaya gak bolak-balik tanya karena penasaran. Ini dia panty yang kubeli, cekidot:

Felancy Seamless Panty Hipster 075-30114

Bahan 90% nylon, 10% spandex.

Jenis cutting hipster.

Warna: cokelat, pink, ungu (aku beli warna pink).

Size:
Medium: pinggang 63-69 cm, pinggul 88-93 cm.

Large: pinggang 70-76 cm, pinggul 94-99 cm.

Extra large: pinggang 77-82cm, pinggul 100-104 cm.

Felancy Seamless Panty 075-30109

Model: Seamless

Size: free size -/+ 86 cm

Warna: cokelat, pink, ungu, kuning (aku beli warna ungu).

Felancy Panty Wufung Basic Midi 075-30100

Bahan: 80% Nylon, 10% Polyester, 10% Spandex

Warna: hitam, cokelat, biru tua, abu-abu (aku beli warna cokelat).

Model: Midi

Size:

Medium: pinggul 89-93 cm.

Large: pinggul 94-98 cm.d

Review aku saat produk ini sampe: jujurly puas banget. Bahannya adem, mulus (seamless, seperti klaim brand nya), dan warnanya kalem. Modelnya juga simpel dan manis.  Bagian karet di pinggulnya gak bikin gatal dan rendanya halus, gak bikin risi. Saat dipakai betul-betul nyaman, bagian perut bawah bisa jadi terlihat lebih rapi. Harap maklum ya gais, kondisi ibu anak satu yang hobi nyemil nasi padang dan paling mager olahraga (astaghfirullah), butuhnya memang underwear yang bisa bikin tampilan rapi kaya gini.

Cocok digunakan untuk sehari-hari, jadi makin percaya diri deh.

Benar ya kalau kata orang-orang bilang, cantik itu dimulai dari dalam. Maksudnya, “dalam” itu bisa berarti hati atau inner beauty kita, termasuk rasa percaya diri.

Jadi, gimana cara kita bisa meningkatkan rasa percaya diri, salah satunya dengan selektif memilih underwear yang nyaman saat dikenakan. Karena underwear yang bisa support tampilan tubuh kita secara gak langsung akan buat kegiatan kita sehari-hari jadi lebih nyaman, bebas bergerak, dan bikin kita jadi makin pede. Ini sejalan dengan mottonya Felancy: #FeelsComfyLooksConfident.

Azek, keren yaaa.  

Selain produknya yang cantik dan senyaman itu, cara perawatan ketiga jenis panty ini simpel banget:

  • Jangan dicuci dengan air panas.
  • Cukup dicuci dengan tangan.
  • Cuci sebelum dipakai.
  • Cuci dengan warna yang sama.
  • Jangan diberikan pemutih.
  • Jangan disetrika.

Yaa, bisa lah kalau sambil mandi, sambil dikucek sedikit saja dengan detergen, lalu bilas dan dijemur di tempat yang teduh supaya awet produknya. Gak usah dicuci menggunakan mesin cuci.

Cara belanja di website nya Felancy juga mudah banget lho.

Sebelum belanja, kita daftar dulu jadi member MESA CLUB. MESA ini adalah program loyalty membership Felancy untuk mengumpulkan poin dari hasil transaksi belanja produk Felancy di website nya. Keuntungannya banyak lho, salah satunya adalah tiap kita belanja Rp10.000,- kita akan mendapatkan 100 poin dan berlaku kelipatan. Lalu poin itu bisa digunakan untuk pembelanjaan berikutnya. Lumayan kan, jadi bisa lebih hemat. Keuntungan lainnya apa aja, kalian bisa lihat di bawah sini yaa. Cara daftarnya, tinggal scan QR code nya dan lengkapi data diri kalian di sana.

Setelah sukses daftar member MESA CLUB, baru deh kita mulai belanja seperti pada umumnya:

  1. Register akun menggunakan alamat email aktif.
  2. Lengkapi data diri.
  3. Pilih produknya, termasuk juga variasi warna dan ukuran.
  4. Pilih jenis pengiriman, metode pembayaran, lalu checkout dan bayar deh.

Gak sampai 15 menit, selesai. Pembayarannya bisa dengan transfer bank dan Midtrans (yang mengarahkan pembayaran menggunakan e-wallet seperti Gopay & ShopeePay). Harusnya kalian sudah fasih kalau soal perbelanjaan online begini, yakan? Cung yang suka add to cart tapi gak di checkout-checkout! Huhuhu… Di Felancy jangan yaa, langsung aja diselesaikan belanja kalian karena produknya benar-benar senyaman itu.

Gak lupa, aku mau ingetin kalian untuk follow Instagram Felancy, supaya bisa tau kalau ada produk baru (termasuk promo, tentunya). Jadi bisa gercep belanja, sebelum kehabisan.

Gimana gais, jadi tambah referensi lagi dong untuk kalian para ladies, bunda-bunda, atau bapak-bapak yang mau beliin underwear untuk istri tercinta di rumah? Inget yaa, kalau beli underwear juga bisa via online, dengan kualitas yang oke punya, dan dapat poin membership pula. Di mana lagi, kalau bukan di website nya Felancy Indonesia, #FeelsComfyLooksConfident.

Sisi Lain Penggunaan Internet untuk Anak

Siapa sih yang gak ‘nggremet’ pas baca chat ini?

Yups, Cinta protes ke tantenya, karena dikirimi stiker Whatsapp yang menurutnya gak baik kalau dilihat anak kecil.

Yang paling epic adalah saat dia bilang, “nanti Bunda bakal marah kalau hapenya dicek”. 😂

Mungkin sebagian dari kalian penasaran, kenapa urusan stiker WhatsApp aja bisa jadi pembahasan panjang kali lebar di rumah kami? Huft, ceritanya panjang. Semua dimulai saat awal pandemi Covid-19, dua tahun lalu.

Penggunaan Internet Sebelum Pandemi

Saat pandemi Covid-19 mulai hadir di Indonesia, Cinta masih kelas 1 Sekolah Dasar. Penggunaan internet baginya cuma sekadar untuk menonton YouTube. Konten yang ditonton pun terbatas, seperti kartun Dodo dan Syamil, Nussa dan Rara, serta Vlog Kimbab Family.

Tentunya, semua dalam pengawasanku.

Di rumah, ada ponsel pintar yang khusus kuberikan padanya untuk kami berkomunikasi. Di ponsel itu, aplikasi browser dan media sosial semua kuproteksi dengan kunci layar yang dia gak tahu cara membukanya.

Aku gak terlalu khawatir dengan isu penggunaan internet pada anak-anak, yang ‘katanya’ seperti pedang bermata dua.

Ketika Pandemi Datang

Maret 2020 bisa dibilang merupakan titik balik buatku untuk memberikan edukasi digital yang lebih luas kepada Cinta.

Sebab, pembelajaran daring sudah menggunakan aplikasi Google Classroom (GCR), Google Meet, Zoom, dan tentu saja YouTube untuk mengakses video materi pembelajaran.

Source: cnnindonesia.com

Waktu sekolah daring juga ditentukan, sama seperti sekolah tatap muka. Jam 06.30 harus sudah mengisi presensi di GCR, lalu dilanjut pemberian materi dan mengerjakan soal hingga selesai pukul 12.00 WIB.

Masalahnya adalah sebagai single mother yang harus bekerja untuk menafkahi anak, aku gak bisa 100% menemaninya dalam proses belajar daring. Mau gak mau, suka gak suka, aku harus mengajarkan Cinta cara menggunakan berbagai jenis aplikasi itu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Artinya juga, ia kuberikan kelonggaran dalam mengakses internet. Lalu, drama dimulai.

Manfaat Internet dan Dampak Negatif yang Ditimbulkannya.

Semenjak akses internet kulonggarkan, Cinta jadi semakin sering mengakses WhatsApp, YouTube, dan Google.

Ia boleh mengaksesnya, dengan maksimal proteksi yang kusesuaikan pada pengaturan masing-masing aplikasi tersebut. Seperti mengaktifkan mode terbatas pada YouTube, dan safe search pada Google.

Sekitar tiga bulan pertama, tidak ada masalah berarti. Cinta bisa beradaptasi dengan baik.

Ini tak lepas dari lancarnya jaringan IndiHome di rumah kami.

Rumah kami termasuk wilayah ‘pelosok’ di Jakarta. Ehm, ya gimana gak pelosok? Dari jalan raya utama sampai ke rumah jaraknya bisa sampai satu kilometer sendiri, dan lokasinya jauh lebih rendah dari ketinggian jalan utama.

Meski begitu, sinyal di tempatku gak pernah mengalami gangguan yang berarti. Sesekali ada gangguan sih manusiawi yaa. Akan tetapi, itu pun gak lama. Intinya, IndiHome ini adalah layanan digital yang paling pas untukku.

Terutama dari segi harga (worth it banget),  dan ada beragam pilihan paket dengan layanan tambahan yang bisa dipilih sesuai kebutuhan kita.

Biaya berlangganan terjangkau, mulai dari 275K/ bulan.

“Ada gak sih rasa takut, anak kecil kok dikasih akses internet yang cenderung longgar?”

Ya habis mau gimana lagi, coba? Di rumah isinya nenek kakek yang kalau pegang smart phone aja gemeteran. Paling mentok bisanya SMS dan telepon. Kalau anaknya gak diajarin, mau siapa yang urus sekolah daringnya?

Jadi please, ya. Kalian gak usah nge-judge aku begini-begitu. Bisa waras di tengah resesi aja udah alhamdulillah lho buat aku, hiks!

Oke, ehm, fokus lagi….

Belajar menggunakan fasilitas internet sejak dini, membuat Cinta menjadi sangat mudah terpapar berbagai jenis informasi. Gak hanya informasi yang memang seharusnya ia akses, tapi juga yang gak sengaja terakses.

Hal ini kejadian saat aku mendampinginya menonton YouTube. Kata kunci yang kami gunakan adalah “barbie”.

Memang yang muncul adalah video boneka Barbie, princess, dan sejenisnya. Tapi eh tapi, muncul juga Barbie dengan versi adegan lebih dewasa. Dari judulnya, konten tersebut sepertinya menceritakan proses Barbie berduaan dengan Ken dalam versi romansa, lalu hamil dan punya bayi.

Ulala… Barbie sama Ken uhuk-uhuk gaes…

Kejadian selanjutnya, yang seperti saudara-saudara pikirkan.

Cinta bertanya tentang ini-itu, adegan dewasa, dan aku bingung harus menjawab apa. Kacau!

Kira-kira, apa yang salah dari aplikasi itu? Atau sebenarnya malah aku yang belum paham sekali dengan pengaturannya, yang akibatnya bisa muncul konten dewasa pada pencarian dengan kata kunci yang seharusnya kids friendly?

Ada apa dengan internetnya Indonesia?

Mencari Solusi

Gak usah ditanya, gimana perasaanku saat itu ya….

Yang aku tampilkan di hadapannya Cinta, tentu stay cool doong. Di belakangnya? Kepingin kabur, ngumpet, terus nangis di pojokan.

Bingung eike mau jawab gimana, pemirsaaahhhhh…

Pertolongan Yang Maha Kuasa hadir lewat salah satu temanku yang merupakan seorang parenting blogger. Aku menghubunginya dan menjelaskan duduk permasalahan yang kualami. Alhamdulillah, ia dapat menenangkanku yang kebingungan. Serta memberikan masukan tentang gimana caranya menjawab berbagai pertanyaan ajaib seputar seksualitas.

Akhirnya, dari perkara internet itu, aku mulai memberikan pendidikan seksual yang lebih detail pada Cinta. Yaitu dengan menjelaskan tentang hubungan seksual dan proses perkembangbiakan manusia. Tentunya melalui pendekatan otak kiri (ilmiah).

source: tuturma.ma

Serem ya bayanginnya? Hehehe, gak usah dibayangin!

Buat kalian yang punya bocil, nanti akan ada waktunya juga deh, kalian merasakan apa yang seperi aku alami, ngiaaahahahahh (tertawa licik).

Gak lupa, aku pun menjelaskan tentang konsep pernikahan, hak dan tanggung jawab di dalamnya, serta nilai-nilai/ norma mengenai batasan hubungan dengan lawan jenis.

Huhuhu… Beraat… Beraat…

Tentang Chat WhatsApp

Lalu, bagaimana dengan chat WhatsApp yang kuceritakan di awal tulisan ini?

Gak berhenti di perkara Barbie dan Ken, sodara-sodara.

Ternyata Cinta juga mendapatkan kiriman stiker Whatsapp dari teman-temannya, dan beberapa kali juga dia forward dari ponselku. Bukan stiker orang dewasa, melainkan stiker konyol (guyon) yang menurutku lebih bijak jika digunakan untuk anak usia 13+ atau kategori remaja.

Ini kuketahui setelah beberapa kali Cinta mengirim pesan WhatsApp untukku, disertai stiker-stiker guyonan seperti itu.

Setelahnya, aku tegur dia dengan halus (iya, halus, gak sambil marah-marah kok…) dan memintanya untuk menghapus stiker yang sudah terlanjur ia simpan.

Semenjak saat itu, Cinta selalu meminta izin jika ia ingin menyimpan stiker yang dikirimkan orang lain padanya

Seperti pada chat di atas, Cinta bilang, “Tante gak boleh kirim stiker yang gak bagus dilihat sama anak-anak.” đŸ€Ł

Biarlah jika motivasinya untuk saat ini masih sebatas takut nanti Bunda marah. Yang penting dia paham dulu konsepnya, mana yang boleh dan mana yang dilarang.

Hikmah di Balik Batu (eh Kisah)

Itulah yang kumaksud dengan internet ibarat pedang bermata dua. Dibalik berjuta manfaat kebaikannya, selalu ada kekurangan yang menyertai.

Semua tergantung bagaimana penggunanya akan seperti apa memanfaatkannya.

Apakah untuk kebaikan, atau keburukan?

Sebagai orangtua (baca: single parent) yang tidak melakukan co-parenting, aku juga gak mau terlalu keras dengan diri sendiri. Aku harus terbiasa dengan keterbatasan ini, dan menjadikannya tantangan yang selalu bisa ditaklukkan.

Jika sesekali aku tersandung saat mendidik anak, apalagi yang terkait dengan penggunaan internet, aku gak akan patah arang. Justru dari sandungan itu, dijadikan pelajaran berharga untuk lebih berhati-hati lagi.

Aku akan terus memberikan pemahaman ke Cinta, agar selalu bijak dalam menggunakan pedang bermata dua ini. Semangat!

Eh ya, kalau kalian punya pengalaman serupa tentang parenting dan internet, boleh doong sharing di kolom komentar. Thank you!

Tips Hemat Jalan-Jalan di Jakarta, Anti Kantong Bolong!

Bundaran HI, Jakarta

Siapa sih, yang gak suka jalan-jalan atau liburan? Kayaknya gak ada deh, pada dasarnya semua orang itu hobi plesir, biar bisa healing. Biar gak stres karena kurang piknik, katanya. Apalagi untuk warga Jakarta sepertiku, yang rentan banget dengan stres. Di-push sedikit di kantor, langsung stres. Tagihan numpuk, stres.

Giliran gajian, auto khilaf dan boros banget. Jalan ke sana dan ke sini, sampai akhirnya gak sadar saldo menipis dan akhirnya stres lagi. Begitu saja terus gak ada selesainya, wkwkwkwk.

Eits, back to topic.

Aku termasuk salah satu orang (baca: Emak) yang hobi banget ngebolang. Gak mesti jauh-jauh ke luar kota terus, aku juga suka menjelajah kota Jakarta.

Heran deh, perasaan, Jakarta itu kecil banget. Akan tetapi entah kenapa kalau dijelajahi seperti gak ada habisnya. Ada saja spot baru yang sepertinya menarik untuk dikunjungi, dengan biaya yang murah meriah. Tentu, jika kita tau tips nya.

Apa saja sih tips supaya bisa menjelajah Jakarta dengan biaya terjangkau, dan gak bikin kantong bolong? Sini, sini, merapat, Bundanya Cinta mau kasih bocoran:

1. Cari informasi tentang tempat wisata yang akan dikunjungi.

Instagram Monumen Nasional

Menurutku, ini wajib banget dilakukan supaya perjalanan kita nantinya bisa lebih efektif dan efisien. Caranya mudah, cukup searching lewat akun media sosial tempat tersebut.

Umumnya, tempat wisata di Jakarta sudah memiliki akun Instagram official. Dari sana, kita bisa mencari informasi tentang jam operasional, harga tiket, jenis kegiatan yang dapat dilakukan, hingga bagaimana syarat protokol kesehatannya.

Yups, gak perlu repot lagi. Cukup bermodalkan ponsel pintar dan kuota, informasi begitu mudah diakses, semudah membalikkan telapak tangan. Itulah salah satu manfaat internet yang luar biasa.

Ada berbagai pilihan destinasi wisata di Jakarta dengan tiket masuk yang murah meriah, namun tetap asik dan seru. Diantaranya museum, Taman Margasatwa Ragunan, dan kompleks Kota Tua. Mau yang gratis tanpa tiket masuk? Ada banyak pilihan taman kota yang indah, sejuk, dan ramah anak.

2. Naik kendaraan umum.

Yang paling aku suka di Jakarta adalah saat ini sudah tersedia berbagai pilihan kendaraan umum yang aman, nyaman, dan (ehm) murah!

Ada TransJakarta, Commuterline, MRT, LRT, dan transportasi online.

Kalian ingin coba yang paling hits dan kekinian? Yuks naik MRT.

Dengan naik MRT, bukan cuma waktu tempuh perjalanan yang bisa menjadi lebih singkat. Kita juga bisa asik selfie untuk keperluan pencitraan di media sosial, wkwkwk.

Pengalaman pertama sepupuku naik MRT, saat liburan kenaikan kelas kemarin.

Selama di perjalanan naik MRT, jangan khawatir bakal mati gaya. Terutama bagi kalian yang insecure saat melewati rute bawah tanah. Sinyal telepon selular tetap kencang kok, apalagi kalau menggunakan layanan operator komunikasi dari Telkom Indonesia. Whuzzz… Lancar jaya!

source: telkom.co.id

Jadi, tetap asik di perjalanan sambil scrolling TikTok, update IG Stories, dan chitchat di grup WhatsApp genk ghibah.

3. Manfaatkan Google Maps.

Kata siapa emak-emak gak bisa baca peta? Bundanyacinta gak termasuk lho yaaa…

Pintar banget akutuu kalau urusan baca peta. 😝

Biasanya, aku menggunakan Google Maps ketika mendatangi suatu tempat untuk pertama kali. Yaitu saat perjalanan yang ditempuh dengan kendaraan umum sudah sampai pada akhirnya. Mau tak mau, sisa rute harus dilalui dengan berjalan kaki.

Gak kebayang sih, saat dulu setiap mau pergi-pergian, tapi belum tahu banget rute perjalanannya. Pasti repot bolak-balik cari orang yang bisa ditanya arah jalan. Belum lagi kalau yang ditanya juga gak begitu paham. Bukannya cepat sampai, yang ada kita malah nyasar makin jauh. Capek, deh!

source: telko.id

So, terpujilah internetnya Indonesia, semua benar-benar dipermudah dengan teknologi ini.

4. Bawa bekal sendiri.

Yuhuu… siapa tim bawa bekal di sini?

Dengan membawa makanan dari rumah, selain bisa lebih hemat, kita juga gak perlu pusing dengan pertanyaan, “Mau makan apa yaa?”

Siapkan bekal makanan ringan seperti kue-kue kecil, roti, buah, snack, dan minuman favorit.

Kalian bisa juga bawa makanan berat (baca: nasi dan lauk pauknya).

Nanti, cari lokasi di area taman, atau di ruang terbuka lainnya untuk makan bersama-sama dengan partner kita jalan-jalan. Dijamin, suasana bakal semakin seru.

Kalau bekal pikniknya model begini, betah deh seharian main di taman kota. đŸ€­

Kecuali, (iya ada kecualinya) kalau memang niat awalnya mau berwisata kuliner. Soal kuliner, tentu agak sulit untuk berhemat, ya. Alternatifnya, cari saja jajanan di sentra kaki lima yang harganya cenderung lebih murah dibanding di cafe.

Ada beberapa pilihan seperti Gulai Tikungan Bulungan, Bubur Ayam Barito, atau berbagai makanan enak di sentra kaki lima Blok S, area Lenggang Jakarta Monas, atau di Jl. Sabang Jakarta Pusat.

Masih bingung juga, mau makan apa? Atau ingin lebih hemat lagi?

Cuss buka aplikasi untuk pesan makanan lewat ojek online. Pilih resto terdekat, dan manfaatkan promonya. Zaman serba canggih begini, selama masih tersambung dengan jaringan internet, jangan takut kesusahan.

5.  Atur batas budget.

Poin terakhir ini, sepertinya sering sekali dilanggar, ya.

Bukan jadi rahasia lagi, overbudget terjadi karena perencanaan yang kurang matang, atau malah karena kita yang ‘lapar mata’ saat di perjalanan. Karena semua makanannya kelihatan enak, jadi kepingin dibeli. Karena souvenirnya semua lucu-lucu, jadi kepingin diborong.

Ingat teman-teman, jalan-jalan itu seharusnya menggunakan budget yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Serta tidak boleh mengganggu pos pengeluaran lain.

Tidak mau kan, habis healing malah stres lagi karena dompet dan tabungan menipis? Hehehee…

Itulah 5 tips untuk bisa menjelajah Jakarta dengan biaya terjangkau. Inti dari semuanya adalah rencanakan perjalanan wisata dengan matang, dan jangan ragu untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi internetnya Indonesia untuk kemudahan kita saat berwisata.

Semoga bermanfaat!

Celoteh Malam

Cinta itu rumit ya?

Eh, cinta itu selalu sederhana. Yang rumit adalah manusianya. Prinsipnya, kalau ada yang susah, mengapa harus pilih yang mudah?

Jika seorang kawan mengalami kerumitan cinta, aku menasihati dengan mengatakan, “Cukup, tak usah dilanjutkan.”

Dari sisi manusia netral yang tidak dimabuk asmara, tentu lebih bisa berpikir jernih. Tapi bagaimana jika justru kita yang sedang kepayang karena cinta? Buta, bukan?

Aku juga pernah mengalami patah yang benar-benar patah.

Tak mengapa jika ia memang ingin menyudahi semua. Bukankah cinta memang tak bisa dipaksakan? Siapa aku yang begitu keras kepala memaksanya tinggal, jika ia tak berkenan?

Yang membuatku menyesal adalah keadaan kami yang tidak baik-baik saja saat semuanya selesai.

Andai saja waktu itu ia tak memberi makan egonya terlalu banyak, mungkin hingga hari ini kami masih bisa berkomunikasi dengan baik. Nyatanya? Lebih mudah berkomunikasi dengan ikan di akuariumku, ketimbang dengannya.

Jika setiap saat rasanya hanya berjuang sendirian, buat apa? Seperti menginjak lapisan es tipis di tengah danau, hati tak tenang menunggu bagaimana akhirnya jika aku salah bergerak.

Ketika cinta hilang arah, lupa bahwa yang harus lebih dicintai adalah tubuhnya sendiri ketimbang manusia lain, itulah awal dari bom waktu yang bisa merusak jati diri.

Akhirnya sekali lagi, keputusan harus dibuat. Terima, atau sudahi lalu beranjak pergi, memulai cerita baru dengan dia yang (insya Allah) lebih baik.

Dari awal perkenalan, cara mencintai, proses penjemputan, semua terpuji. Proses yang mampu menjadikanku manusia yang senantiasa bertumbuh, dan lebih baik dari versi sebelumnya.

Inilah aku, yang sedang belajar untuk memulai lagi. 🙂

Welcome to 2022

Happy New Year 2022: Kumpulan Ucapan Selamat Tahun Baru 2022 Halaman all -  Kompas.com

Sudah telat belum sih, kalau menuliskan resolusi tahun 2022 di tanggal segini?

Biasanya, aku tulis resolusi sejak akhir Desember di tahun sebelumnya. Huft.. Tahun ini terasa sekali kalau aku semakin sedikit menulis di blog, karena satu dan lain hal. Hey, bukankah manusia memang ahlinya membuat alasan? Hahaha…

Sebenarnya, aku termotivasi menuliskan resolusi ini bukan karena riya’, sombong, atau gaya-gaya saja. Melainkan berkaca dari pengalaman tahun lalu, bahwa banyak harapan yang tercapai karena aku tahu dengan jelas apa yang kuinginkan. Dengan cara menuliskannya, maka harapan-harapan tersebut akan tertanam di alam bawah sadar dan menjadi do’a.

Selain itu, aku bisa melihat kembali target-target yang kutetapkan tersebut dengan membacanya di blog.

“Sudah bulan apa? Sudah apa saja yang tercapai? Jika belum, bagaimana usahaku untuk mewujudkannya?”

Yup, dengan menuliskannya, aku akan semakin termotivasi untuk membuatnya menjadi kenyataan sebelum tahun berganti kembali.

Yuk, sekarang kita fokus tulis apa yang menjadi resolusiku di tahun 2022.

Konsisten promosi dagangan Bundanyacinta Bakery setiap akhir pekan.

Cuan, cuan, cuan.

Kenapa sih getol banget cari cuan? Kan udah punya pekerjaan tetap?

Begini ya, Saidi, Markonah. Saya kan single parent, anak makin besar, yang otomatis keperluan juga makin bertambah. Sebentar lagi (gak berasa looh) bocil bakal masuk SMP. Yaang dimanaaaa bakal banyak keperluan anah-onoh-begini-begitu, meski tekadku menyekolahkan anak ini di negeri, sampai dia kuliah nanti, pokoknya wajib negeri. Bahkan akan ‘kuracunin’ dia dengan mindset ‘cari scholarship‘ yang fully funded supaya dia bisa study abroad wkwkwkwk.

Udah mulai sering kepo-in akun IG Schooters 😬

Selain itu, aku juga suka banget jajan. Entah itu beli makanan kayak batagor di ujung gang, mie ayam di Jl. Karya, atau juga beli skincare, make up, sepatu, dan rok-rok lucu di departement store. Jadilah itu motivasi untuk makin rajin cari cuan tambahan. Kalau kata orang itu, “Mumpung masih muda.”

Mulai Lirik-Lirik Kemungkinan Beasiswa Fully Funded S2

Eh ya, ini juga masuk ke resolusiku di 2022.

Jika kesempatannya baru bisa di tahun berikutnya, ya gak apa-apa. Tapi yang penting, aku sudah punya gambaran ‘harus ngapain dulu, nih?’

Sebab salah satu impianku sejak kecil adalah menjadi guru (dosen). Bisa bagi-bagi ilmu (karena aku senang belajar), dan juga profesi ini bisa dilakoni sampai usiaku gak muda lagi. Intinya, aku butuh sesuatu supaya di masa tua bisa tetap aktif, bergaul, dan gak pikun (amit-amit).

Masukin Cinta ke Pengajian Al Kautsar

Sepele, kedengarannya. Tapi IT’S MY DREAM.

Dekat sekolahnya Cinta ada masjid besar yang di dalamnya ada kegiatan sekolah agama Islam di siang hari. Yang dipelajari tak hanya sekadar membaca Al Qur’an dan menulis huruf Arab, tapi lebih kompleks. Kurikulumnya terstruktur rapi, meliputi Tahfidz, Tahsin, Tajwid, Fiqh, Sejarah Islam, Bahasa Arab, dan Tadabbur Qur’an.

Masjid Al Kautsar, Gandaria Utara.
Ruang kelasnya ada di lantai dua masjid.

Pengajarnya juga tidak main-main, melainkan para Ustad dan Ustadzah yang tersertifikasi pendidikannya. Dulu, adikku belajar di sini selama empat tahun. Alhamdulillah sampai sekarang dia memiliki pemahaman agama yang baik, dengan pergaulan yang terjaga. Saat ini sudah tidak di sana karena sudah dewasa, dia pindah dan berguru langsung ke para Habaib.

Mengapa Cinta gak dari dulu didaftarkan ke sana?

Pan-de-mi.

Selama dua tahun (selama pandemi) aku gak mengikuti update perkembangan Kegiatan Belajar Mengajar Mereka. Niatnya, di bulan ini aku akan cari informasi, kapan KBM tatap muka di sana bisa dimulai lagi.

Saat ini Cinta sudah pertengahan Iqro’ jilid 6. Aku sendiri yang mengajarinya sampai berdarah-darah di rumah. Capek Buund, kalau sudah masuk pra-Qur’an, mengajarnya sudah mulai beban mental. Takut ada salah, bahaya.

Move On dari Zona (yang katanya) Nyaman

Waah apa tuuh? Insya Allah, doakan yaa.

Mungkin aku butuh sesuatu yang lebih setimpal, lebih membuatku ber-flower, lebih minim drama, lebih positif, dan bertemu orang-orang baru. Sekaligus membuka peluang bertemu jodoh, AAMIIIIN….

Kita gak pernah tahu, apa yang menanti kita di luar sana, jika gak berani nekat mencoba. Ya gak?

Panas kali telingamu, Min….

Gak Putus Berdo’a, Tapi Juga Lebih Mindfulness

Dalam hal apapun, aku bertekad untuk lebih bisa ikhlas.

Di tahun 2021, aku ngerasa ‘serakah’. Mau mendapatkan apa saja yang menjadi daftar inginku. Jika tidak kesampaian, aku bisa stress banget sampai jatuh sakit. Tahun ini, aku bertekad untuk lebih “ya udah sih.” Bukan karena lemah, effortless, tapi lebih ingin semuanya berjalan dengan ringan, tanpa rasa terbebani.

Five reasons why mindfulness should become part of your daily routine –  Australian College of Nursing

Dalam hal jodoh, misalnya. Kalau bukan dengan si A, lagi-lagi “ya udah sih”. Berbaik sangka sama Allah, niscaya ada yang lebih baik, dan lebih segala-galanya dari dia.

Dalam hal pengasuhan anak, gak perlu idealis-idealis amat. Anak sakit, ya bukan karena aku gak becus ngurus, tapi memang musimnya aja yang lagi gak bersahabat. Anak tantrum, bukan berarti aku yang gak bisa dekat dengan anak, tapi ya memang masih butuh banyak bersabar untuk belajar lagi, gimana bisa bersahabat dengan ‘ke-aku-an’ anak yang mulai beranjak gede.

Kurang lebih begitu.

Makin Rajin Aktif di Komunitas

Tahun ini wajib bisa lebih total ‘hadir’ membersamai mereka. Baik secara daring maupun tatap muka. Niatku juga tahun ini harus bisa ketemu di kopdar nasional. Aku mau banyak ngobrol dan bertukar pikiran dengan para senior di dunia kepenulisan.

Sudah kebayang deh, kopdar rasa kuliah 6 SKS đŸ€Ș.

Renovasi Rumah di Parung

Kalau ini, sudah berjalan sedikit-sedikit dari pertengahan tahun 2021.

Alhamdulillah, yang ngontrak orangnya baik banget dan mau ngertiin keadaanku yang gak bisa sekaligus rombak rumah simsalabim jadi bagus banget. Sedikit demi sedikit, rumah juga jadi lebih cantik dan nyaman ditinggali.

Beliau juga bersih, rajin, dan yang paling aku senang adalah rumahku jadi adem karena setiap hari dipakai sholat dan ngaji. Insya Allah rumah dan penghuninya berkah. đŸ€ČđŸ»đŸ˜‡đŸ˜‡

Aku gak muluk-muluk harus selesai sempurna dalam waktu cepat, yang penting bisa nutup bagian belakang dan menghijaukan teras depan rumah.

5 Quote Inspiratif Penulis Ini Bisa Jadi Penyemangatmu di Awal Tahun

Jujur, 2021 merupakan tahun yang rasanya nano-nano buatku. Ada manis, manis banget, asam, pahit, pahit banget, bikin baper, melambung banget, bikin “gedek”, benci banget, macam-macem lah pokoknya.

Tapi alhamdulillah, 80% targetku di 2021 tercapai.

Yang paling bahagia adalah aku bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude, meraih predikat Best Paper for Creative PR Category, dan wisuda di bulan yang sama dengan pengumuman kelulusan. Prosesnya GILAAA kayak orang dikejar setan reog :(((

REOG, Sebenarnya Pake Setan atau Kekuatan Manusia?
Kalau reog nya begini sih, lucu.

Nguras pikiran, tenaga, emosi, lahir batin pokoknya ngebatin!

Tahun 2021 juga membawa beberapa kejutan manis dan menghadirkan orang-orang yang spesial di hidupku. Ada yang sedingin kulkas, ada yang hangat namun hilang arah, ada juga yang membawa peluang-peluang baru dalam rezeki dan pertemanan. Semuanya luar biasa.

Whusss, sudahlah, bagaimana pun absurd nya 2021, aku tetap BERSYUKUR.

Semuanya jadi catatan terindah buat perjalanan hidupku. Kalau gak ada 2021, gak akan ada seorang Florensia yang super random dan bisa keras kepala untuk bertahan di 2022.

Iya kaan? Iya doong…

Hehehe, semangat juga untuk kalian yaa!!! I love youuu all!! ❀❀❀

Do’a Tentang Cinta

2021, gak jauh dari urusan hati melulu. Padahal salah satu resolusi dari akhir 2020 adalah nikah. Tapi sampai sekarang progress nya gak maju-maju. 😬

Sebenarnya, apa sih yang bikin cerita cinta di hidupku gak seindah novel yang kutulis?

Entahlah, aku juga gak paham. Kadang ada rasa hopeless tentang itu. Tapi balik lagi nih ya, sebagai perempuan yang lagi berusaha konsisten ngaji (meski masih jauuuh banget dari kriteria sholeha), aku berbaik sangka sama Allah.

Kalau dulu doanya maksa, “Ya Allah, apakah si Matahari adalah jodohku? Kalau bukan, boleh gak dijodoh-jodohin aja?”

Hahaha jangan ditiru, ya! Ending nya gak bagus, asli.

Sekarang doanya jadi begini:

“Ya Allah, apakah si Mas Kulkas itu jodohku? Kalau iya, maka mudahkanlah jalan buat kami supaya bisa halal tanpa pacaran. Soalnya dia tuh aku banget deh… Tapi, ya Allah, kalau ternyata bukan dia, segeralah sudahi semua dari sekarang. Supaya aku gak kepalang baper-baper amat.”

“Aku percaya, Engkau lebih mengetahui apa yang aku tidak ketahui. Kau juga lebih tahu bagaimana kapasitasku, keras kepalaku, egoisku, bahkan kadar lemahku. Karena itu, aku yakin dan pasrah dengan segala ketetapan-Mu.”

“Janji-Mu, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, demikian juga sebaliknya. Sudah cukup atau belum, upayaku menjadi lebih baik? Semoga Engkau ridho, dan berkah tercurah padaku, salah satunya dalam bentuk pasangan hidup. Aku sudah berusaha sekuat tenaga lho â˜ș”

“Janji-Mu juga, segala sesuatu yang hilang akan Kau ganti dengan yang lebih baik. Kalau begitu, semisal Mas Kulkas ini bukan takdirku, kira-kira aku akan bertemu dengan siapa lagi kah? Yang berkali-kali lipat leeebiiih leebiiih baik dari dia? Siapakah dia?”

“Aku gak apa-apa, aku tunggu yang terbaik versi-Mu. Karena jika Kau yang atur, semua pasti berjalan lancar.”

“Semoga 2022 ada titik terang ya, jangan lama-lama Kau biarkan aku ngebolang sendirian. Ngobrolin kejadian lucu sama ikan di akuarium, pulang kerja selalu dijemput masinis, atau nangis sendirian di balik bantal. Duh…”

“Aku pingin punya partner yang bisa ngimbangin kelakuanku yang ajaib. Yang bisa dukung agar potensi diriku makin berkembang.”

“Yang paling penting, bersedia dengerin curhatku yang lebih mirip suara kaset rusak. Dia gak perlu kasih saran kok. Cukup diam aja dengerin aku ngomong, sambil usap-usap punggungku supaya imunku naik lagi.”

“Simpel banget kan, permintaanku? Jadi, ayolah dipermudah ini 2022 ku… Pliiss… 😆”

Iya, begitu do’aku. Lebih tepatnya dialog untuk meminta kemudahan jodoh dengan bahasa yang paling menyenangkan hati.

Tentang si Mas Kulkas ini, dia istimewa. Saking istimewanya, aku jadikan tokoh di buku ketiga. Luar biasa, semoga dia gak pesan ya, saat preorder. 😆

Ah, 2022. Tinggal belasan hari, resolusi yang satu ini nampaknya berlanjut hingga tahun berganti.

.

.

Kamarku, 16 Desember 2021

Keputihan Karena Stress dan Kelelahan, Harus Gimana? (Part 2)

Waduh, bersambung nih ceritanya?

Hehe, iya, bersambung. Karena dampaknya lumayan juga. Gak sampai tunggu seminggu untuk kontrol, di hari keempat observasi, aku udah mengibarkan bendera putih.

Senin malam tidur-kebangun entah berapa kali karena gatal (meski nyeri udah berkurang) baru bisa agak pulas menjelang subuh. Pagi harinya gimana? Bayangin aja deh, kayak zombie.

Lalu memutuskan untuk kontrol lebih awal.

Jadi, saudara-saudara… Lanjutan dari ceritaku berobat ke klinik dengan dokter yang lain (bukan dokter yang biasa handle aku dan Cinta) memang unik.

Entah karena sugesti atau apa, tapi aku merasa kalau perkara dokter itu jodoh-jodohan.

Maksudnya adalah, yang pas buat orang lain belum tentu pas di aku. Yang bagus menurut orang lain belum tentu bagus buat aku. Gak mesti mahal atau murah (karena sebelum kenal dokter yang ini, aku berobat ke dokter non fasilitas kesehatan/ fakes BPJS).

Aku gak bilang kalau dokter yang tangani aku sebelumnya gak qualified loh ya. Cuma gak klik di aku.

Intinya, berobat ke dokter di fakes yang sama pun cocok-cocokan. Sekalinya ketemu sama yang cocok, rezeki banget deh.

Nah, alhamdulillah kali ini ketemu sama dokter yang aku cocok dari dulu. Yeey! Namanya dokter S.

Orangnya sabar, asli sabaar banget. Pertama kali aku ditangani sama dia adalah saat awal-awal sidang cerai dulu (aku ini rentan stress, dan kalau udah ‘nedas’ tuh gak pake babibu langsung ambruk).

Dia pinter banget ngulik dengan cara yang halus 😅. Gak bisa bohong deh kalau udah ketemu dia. Pengobatannya juga RUM.

Eh, apa itu RUM? Aku jelasin dikit ya, RUM adalah penggunaan obat yang bisa digunakan secara rasional sesuai dengan tiga indikator.

Yaitu tepat indikasi (sesuai dengan diagnosis), tepat dosis, dan bisa didapat dengan harga termurah alias generik.

Bukan karena aku berobat pakai kartu sakti ya, makanya dapat generik. Hampir semua spesialis non BPJS yang cocok di aku dan keluarga juga alhamdulillah dokter yang pro RUM â˜ș.

Intinya, dokter ini gak lebay kalau kasih obat. Kalau memang gak perlu, dia gak akan resepkan.

Contoh, aku bilang kalau gatalnya kebangetan. Kupikir, aku bakal dikasih salep atau antihistamin yang lebih manjur, ternyata tydac.

Katanya, “Inti permasalahannya adalah keputihan. Gatal dan nyeri adalah reaksinya, jadi apa yang harus diobati? Akarnya. Hilangkan keputihannya.”

Hiks, pingin nangis, berasa dijitak. Setelah ngeyel dan adu argumen, “Kalau di kantor kan ribet, dok, gatalnya ganggu,” dia kasih aku beberapa butir aja, tapiii dengan catatan hanya diminum kalau benar-benar kepepet.

Setelahnya, dokter ini berhenti ngomong sebentar. Turunin suhu AC, rada mendekat ke aku, lalu nanya begini.

“Mungkin gak sih, ada peran hormonal di sini? Lagi banyak yang dipikirin ya? Stress? Percuma dikasih obat, tapi sumber stressnya gak dikendalikan.

Dia gak nge-judge di awal kalo inti permasalahannya ada di hormonal. Tapi mancing pasiennya buat “ngaku” dan cerita.

Iya, curhat.

Yang ditanya (aku) cuma bisa meringis, sambil bilang, “Iya, sih dok..”

Heu. Dook andai kau tahu..

Berhubung sumber stress nya adalah hal yang tidak bisa dipublish, ya sudah tidak bisa dilanjut ke sesi curhat. đŸ€§

Yang penting udah ngaku, kalau ada faktor X yang bikin penyakit perempuan ini betah berlama-lama diam di tubuhku.

Hari ini, gak ada sesi deep talk sama dokter. Aku diberi obat minum, sebagai pengganti tablet ovula (alhamdulillah, gak ada lagi adegan horor masukin kapsul obat ke vagina 😭), dan beberapa butir antihistamin yang cuma diminum kalau kepepet.

Gimana rasanya setelah minum obat baru?

Alhamdulillah gatalnya sudah jauuuh berkurang, ditambah aku juga cukup istirahat.

Sehari setelah kontrol, aku udah ngantor lagi. Gatal hanya terasa sedikit saat sore hari (artinya adalah memang belum bisa ‘capek’ dulu), nyeri sudah tidak ada.

Eh ya, aku bertekad mau kurangi aktivitas yang bikin emosiku gak stabil. Termasuk diantaranya adalah scroll medsos. Inilah yang bikin aku isi blog lagi, untuk healing dan curhat dengan nuansa yang lebih adem.

Sebab di blog aku merasa paling tenang. Komentar kumoderasi, dan tidak ada godaan untuk mengetahui traffic.

Kan aku blogger random, yang belum dimonetisasi. Jadi ngapain juga aku cek traffic. 😂

Aduuh payah ih, padahal temen-temen seperjuanganku sudah dotcom dan pasang adsense semua.âœŒđŸ»

Seperti kata dokter S, percuma berobat kalau sumber stress nya gak bisa dikelola. Jadi, harus pinter-pinter kelola stress, dengan cara menulis.

Kenapa gak curhat ke manusia?

Aku gak ngerti mau curhat ke manusia yang mana, yang model apa. Kasian genk rempong, beban hidupnya udah banyak. Makin puyeng kalau ditambahin ocehan gak jelas dari aku wkwkwk… 😂

Ehm, gak cuma itu, sih, sebabnya.

Gak semua orang yang mendengarkan, benar-benar paham caranya mendengarkan. Padahal, kalau sudah cerita, artinya kita udah percaya kan.

Menaruh kepercayaan kepada orang lain itu sulit, buatku. Jadi kalau udah sekali cerita, terus responnya kurang enak, sotoy, atau malah kasih saran tanpa kuminta, ya sudahlah. Kita beda frekuensi, sesederhana itu. 😄

Kembali ke blog, sudah banyak yang terlintas di kepalaku, apa yang akan kutulis lagi.

Mulai dari merapikan tumpukan draft tulisan yang gak kunjung selesai, hingga resolusi 2022 dan pencapaian di 2021. Serta ucapan terima kasih untuk mereka yang sangat berjasa untuk membuat hatiku hangat di tahun yang luar biasa ini.

Oh iya, kulit wajahku juga lagi breakout. Sebab siklus menstruasiku kacau balau akibat keputihan ini. Nanti, setelah keputihan ini 100% sembuh, kita bahas soal skincare murce dan tips buat sembuhin breakout, ya.

Hihihi….

Salam sayang untuk kaliaan…. ❀❀❀❀

Yang memang rajin baca tulisanku, atau cuma kepoin orangnya lewat tulisan.

Hati-hati, jangan kelewat penasaran, nanti jatuh cinta. â€ïžđŸ˜†

See you! Muach muach muach!!

Keputihan Karena Stress dan Kelelahan, Harus Gimana?

TIDUR.

Istirahat, jangan lupa periksa ke dokter.

Bodo amat kalau dibilang pemalas, manja, atau apalah. Kenyataanya, hampir satu bulan ini, ada saja yang harus kukerjakan di akhir pekan hingga tak sempat beristirahat.

Biasanya, di antara hari Sabtu atau Minggu ada waktu untuk aku beristirahat, bisa tidur siang sekitar satu-dua jam. Tapi satu bulan ini waktu istirahat adalah privilage.

Endingnya? Berakhir di dokter, dikasih obat-obatan untuk menyembuhkan infeksi jamur pada organ kewanitaanku.

What? Apa hubungannya?

Hubungannya adalah imun tubuh menurun, kurang istirahat, kurang bisa mengimbangi dengan asupan bergizi, dan stress. Hore! Semuanya seakan berkumpul untuk membuatku “dipaksa” diam saja selama dua hari.

Bukannya gak berasa apa-apa, tanda-tanda kelelahan ini sudah kurasakan sejak beberapa bulan lalu. Keputihan yang lebih banyak dari biasanya, nafsu makan menurun, dan sulit tidur malam. Tapi itu semua gak membuatku berpikir untuk mengambil jeda, gak dirasa, istilahnya.

Sampai akhirnya selama satu minggu ini aku selalu terbangun di tengah malam, bahkan hingga tiga atau empat kali. Lalu dampaknya adalah kondisi tubuh makin tidak enak saat bangun pagi.

Kalau biasanya dengan beberapa kali minum jamu dari mbok langganan sudah sembuh, kali ini tidak mempan. Sabtu dini hari adalah puncak penderitaan akibat penyakit perempuan ini. Nyeri di bagian bawah perut, gatal, serta timbul demam. Jam dua pagi terbangun karena tak nyaman, dan akhirnya bertekad untuk ke dokter. HARUS!!

Sampai di dokter (fyi, aku berobat di klinik fakes tingkat 1 layanan BPJS) aku ditangani oleh dokter umum yang bertugas.

Jika biasanya aku atur jadwal supaya bisa ketemu dengan dokter yang sudah cocok saat handle aku dan cinta, tapiii karena sakitnya sudah gak bisa ditahan, kali ini pasrah deh. Siapa saja dokternya gak masalah, yang penting perempuan.

Dokternya sangat ramah, namun sempat agak canggung karena ini kali pertama kami bertemu, dan langsung membahas penyakit kewanitaan.

Malu? Jujur iya.

Terus, kenapa gak langsung ke SpKK? Malah ke dokter umum?

SpKK langgananku cowok, dan seumur-umur aku gak pernah konsul/ berobat soal keputihan. 😱 Risiiiii!

Bismillah, ke dokter umum dulu. Dokter perempuan. Setelah diwawancara (rasanya lebih mirip diinterogasi wkwkwk), lalu aku menjelaskan panjang x lebar x tinggi = volume (apa sih), akhirnya dokter memberi diagnosis awal, keputihan akibat infeksi jamur pada vagina.

Yang ditanyakan dokter adalah tekstur fisik dan warna cairan, seberapa banyak, dan bagaimana efeknya pada aktivitas sehari-hari.

Hal ini terjadi karena imun tubuh menurun serta kolaborasi antara stress dan kelelahan. Alhamdulillah, dokter bilang belum perlu melakukan test lab cairan vagina.

Aku diminta beristirahat selama dua hari, membatasi kegiatan, ada terapi obat minum dan pengobatan lokal di area yang terinfeksi. Paham kan?

Gimana rasanya saat pengobatan lokal? Hiks, kepingin nangis ya Allah.

Aneh, absurd, nyeri, sampai aku ngerasa mual saking ketakutannya. Tapi, saat itu juga aku berusaha untuk rileks dan menanamkan mindset kalau yang aku masukkan ke area kewanitaan itu bukanlah kapsul obat yang ukurannya sebesar peluru tajam, melainkan hanya sebuah menstrual cup.

Tapi, tetep aja…. đŸ˜­đŸ˜©

Fladystin Metronidazole

Terapi pengobatan di area lokal itu harus kujalani selama tiga hari. Untuk selanjutnya kontrol di pekan depan, dengan masa observasi selama 14 hari.

Wow! Sampai se-serius ini kah? Lama juga ya pengobatannya? 😅

Iya, lama, pakai BANGET! Tersiksa dan makin stress mikirinnya.

Gimana kalau 14 hari kedepan masih ada indikasi? Hiks, semoga gak sampai segitunya ya? Akan tetapi, kalau gejalanya masih ada, atau tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, mau gak mau aku harus dirujuk atau pindah konsultasi ke SpKK.

Doakan semoga bundanyacinta cepat sembuh… 😱đŸ€ČđŸ»

Eh ya, selama masa observasi, dokter melarang penggunaan herbal, termasuk daun sirih. Pembersihan area organ kewanitaan dibatasi hanya pada area vulva, masih diperbolehkan selama menggunakan air saja atau sabun bayi dengan pH netral. Tidak boleh menggunakan sabun pembersih kewanitaan yang beredar di pasaran.

Malam ini adalah hari kedua aku menjalani pengobatan di area lokal. Belajar dari pengalaman pertama, harusnya kali ini sudah lebih nyaman. Bagaimana melakukannya agar minim rasa sakit.

Bagian ter-absurd dari pengobatan ini adalah saat interview dengan dokter. Dokter bertanya, apakah aku menggunakan alat kontrasepsi? Pertanyaan itu kujawab dengan kondisiku yang sudah pernah menikah, pernah melahirkan, saat ini tidak menggunakan alat kontrasepsi, serta TIDAK melakukan aktivitas seksual. BIG NO.

Memang harus terbuka soal ini, supaya dokter tak salah memberikan diagnosis.

Obat minumnya adalah antihistamin, anti radang, dan paracetamol. Alhasil, dua hari ini rasanya mengantuk sekali. Kerjaku hanya makan, dan tidur.

Sekarang menuju malam, aku sedang deg-degan menunggu waktu pengobatan lokal.

Hikmah dari sakit yang kualami ini adalah jangan sampai menunggu timbul keluhan untuk memeriksakan diri ke dokter. Tubuh pasti memberikan tanda, dan kita harus peka pada isyarat itu.

Kalau capek, istirahat. Kalau lapar, makan. Kalau burnout, tutup dulu laptopnya.

Salahku, abai dengan tanda-tanda ini, mengakibatkan tubuh menjadi sakit dan “teraniaya” oleh kelakuanku sendiri.

Semoga aku cepat sembuh, sehingga bisa aktif dan tak gentar ngebolang lagi. 😊

Doakan ya!

10 Tips Mendampingi Anak Sekolah dari Rumah

Assalamualaikum, selamat siang…
Informasi:
Kemungkinan kita PTM di Tanggal 4 Oktober 2021 (bila tidak ada perubahan). Mohon untuk mempersiapkan peralatan sekolah anak-anak ya Moms. Terima kasih.

Suatu siang, pesan WhatsApp tentang pemberitahuan Pembelajaran Tatap Muka mampir di grup wali murid kelas 3A. Orangtua mana yang rasa hatinya gak campur aduk mendengar kabar ini? Yup, senangnya ngalahin dengar info drakor yang lagi viral bakal tayang di NET TV.

Gimana nggak senang? Sudah hampir dua tahun bundanyacinta dan para orangtua di seantero Indonesia berjibaku dengan keruwetan Home Learning, PJJ, BDR, SFH, sekolah daring, atau apalah itu namanya. Intinya, sekolah dari rumah!

Sebagai single mom yang bekerja, situasi ini benar-benar menguras pikiran dan tenaga. Keterbatasan membuat saya memutar otak, bagaimana cara agar pekerjaan dan urusan pembelajaran jarak jauh tetap berjalan seirama, harmonis, aman damai sentosa. Hehehe…

8 Meme lucu sekolah online ini bikin pelajar senyum kecut
source: mommiesdaily.com

Intinya, saya hepi banget dengar info kalau pembelajaran tatap muka (PTM) segera dimulai.

Eitts, ada tapi nya nih. Jadwal sekolah si Cinta tidak langsung full masuk setiap hari, melainkan bergiliran. Cinta dapat jadwal masuk setiap Jum’at, sepekan sekali. Sebab operasional sekolah dibatasi hanya hari Senin, Rabu, dan Jum’at, dengan kapasitas kelas 50%. đŸ„Ž

Padahal saya pikir Cinta akan masuk tiga kali dalam satu pekan. Hahahaha! Saya lupa kalau muridnya buaanyak. Bayangkan, setiap jenjang kelas ada empat grup (A, B, C, D). Kalau dikali enam kelas, sudah 24 grup. Meski sekolahnya luas dan ada 3 lantai, tentu masih kurang karena harus mengikuti standar prokes pengisian ruangan.

Bahagia yang sempurna versi saya (masih) tertunda. Sabaar Buuund! Sekolah dari rumah nampaknya masih akan menghantui kita hingga batas waktu yang belum ditentukan.

GURU BERBAGI | Belajar Online di Kelas Offline
Just kidding, Mak! 😆

Lalu, bagaimana caranya agar kegiatan belajar anak di rumah tetap kondusif, apalagi jika Ibunya bekerja? Apakah ada tips nya? Hehehe, tentu ada teman-teman. Ini berdasarkan pengalaman saya pribadi, semoga bisa berguna untuk kalian!

10 Tips mendampingi anak sekolah dari rumah:

1. Komunikasi adalah KOENTJI.

Penting sekali bagi orang tua untuk melakukan pendekatan dan berkomunikasi secara efektif dengan para guru. Konteks guru di sini tak hanya wali kelas, tapi juga guru mata pelajaran lainnya. Di sekolah Cinta, wali kelas memberikan pelajaran Tematik. Selain itu ada guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), Bahasa Inggris yang dilebur dalam materi Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ), Pramuka, serta Seni Tari.

Dijapri satu-satu ya Bund, gurunya? Ribet amat?

Hehehe… Iya doong…

Intinya kita memperkenalkan diri, mengapresiasi, dan mengucapkan terima kasih atas dedikasi mereka dalam mendidik anak kita.

Kenapa harus begitu? Sebab, prinsip saya guru adalah partner. Perpanjangan tangan orang tua dalam mengajar dan mendidik anak.

Selain itu, sebagai single mom yang aktif nyari duit di luar rumah, negosiasi perihal durasi waktu mengerjakan tugas sangat penting. Saya menjelaskan situasinya, tentang tidak ada support system yang dapat mendampingi Cinta belajar secara penuh, selagi saya bekerja.

2. Ajari anak agar lebih mandiri.

Mengajari anak agar lebih mandiri bukan hal yang terlalu merepotkan, hanya diperlukan kesabaran ekstra.

Contoh sederhana adalah bagaimana cara masuk room Zoom/ Google Meet, cara submit tugas, cara merekam suara, cara copy paste password kelas, blablablabla. Tak kalah penting, ingatkan anak agar menyiapkan dan membereskan sendiri peralatan belajarnya.

3. Pastikan anak sudah bangun tidur paling tidak satu jam sebelum pembelajaran dimulai.

Jangan mentang-mentang belajar dari rumah, lalu anak dibiasakan bangun mepet waktu yaa gaiisss….

Memang, belajar nanti bisa sambil selonjoran, goler-goler di kasur, dan aroma iler nya tidak tercium kemana-mana, tapi ini bisa memengaruhi mood dalam belajar.

Jika anak sudah bangun lebih awal, mandi, pakai bedak wangi, lalu sarapan (boleh juga lhoo dampingi anak senam ringan sebelum mulai belajar), mereka akan lebih semangat dan mudah memahami materi.

Pin oleh tea juz di wkwk di 2021 | Humor lucu, Lucu, Meme lucu
Jangan begini, ya nak-anak…

4. Buat suasana menyenangkan di pagi hari.

Jangan pernah memarahi anak di pagi hari! Itu pesan dari wali kelas ketika Cinta masih duduk di kelas 1 SD, pada saat rapat pertemuan dengan orang tua murid.

Berarti, kalau siang hari boleh dong, ngomel-ngomel? Ya gak gitu juga, konsepnya.

Meski bagi para Emak, mengomel adalah hal yang manusiawi. Tapi harus lihat-lihat waktu dan tempat, ya. Kalau di pagi hari anak sudah bad mood, maka akan memengaruhi suasana hatinya seharian. Sambut anak dengan senyuman paling manis di dunia, beri pelukan dan pujian, mulai saat ia bangun pagi. Ditambah ritual peluk, usap-usap kepala, cium pipi, dan gelitiki telapak tangannya. Duh, tenteram sekali dunia, kalau suasana hati para Emak bisa begini terus setiap hari, hihihi…

 5. Pastikan anak memahami materi pembelajaran.

Di sekolah Cinta, guru memberikan materi berupa video animasi dari YouTube. Biasanya, saya akan membantu anak memahami materi, dengan bahasa yang sederhana. Jika perlu, beri anak pertanyaan yang memancing penalarannya. Setelah ia paham, baru kerjakan soalnya. Ingat, jangan terbalik.

Tak ketinggalan, bantu anak agar mengerti instruksi dalam mengerjakan soal.

Siapa yang anaknya sering ngawur saat menjawab soal cerita? Diminta mengerjakan A, malah mengerjakan B? Disuruh perbaiki jawaban soal nomor satu, yang dihapus malah jawaban nomor tiga?

Sini, tos dulu, kita satu server!

Usahakan jangan keburu nge-gas kalau anak masih sering bingung dan banyak bergantung pada kita. Susah memang, tapi mau bagaimana lagi?

Kalau Cinta bilang,

“Kapan sih, masuk sekolah lagi? Pusing Dede diajarin sama Bunda. Kalau Bu Guru, ditanya pasti langsung kasih jawabannya.”

Heu, asli kepingin jitak tuh anak.

6. Ajari anak mengerjakan soal yang mudah terlebih dahulu.

Dengan fokus pada soal yang mudah dahulu, anak akan memiliki waktu lebih lama untuk mengerjakan soal yang lebih sulit. Secara tidak langsung, kita juga sudah mengajarkan manajemen waktu pada anak. Anak akan terbiasa untuk mengerjakan segala sesuatu secara efektif dan efisien.

7. Kontrol progress belajarnya.

Jika kita bekerja, dan tidak bisa sepenuhnya mendampingi anak secara fisik, bukan berarti kita lepas tanggung jawab terhadap kegiatan belajar anak. Terkecuali jika ada meeting atau hal yang benar-benar tidak dapat ditinggal, saya tetap berusaha rutin berkomunikasi dengan anak.

Tanyakan, apakah ada yang sulit? Atau ada yang benar-benar tidak bisa dia kerjakan sendiri? Contoh pada Cinta, setiap mata pelajaran Tematik Seni Budaya, atau matematika, sudah pasti ia akan mengerjakan separuh di jam sekolah (biasanya tulis soal dan mengerjakan semampu yang ia paham). Separuhnya lagi ia kerjakan malam hari, setelah saya pulang kantor.

Jika tak mampu hadir secara fisik, maka kuatkan curahan cinta dan perhatian kita. Anak akan merasakan bahwa kita selalu ada untuk mereka. Ciyeeee, uhuy!

8. Turunkan ekspektasi.

Juara kelas? Ranking satu? Hohoho… Bodo amat!

Turunkan ekspektasi kita terhadap prestasi anak selama belajar di rumah. Bagi saya, masih waras di tengah pandemi dan anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, itu sudah alhamdulillah. Terlalu muluk jika kita berharap lebih, sebab saya bukan guru, dan Cinta juga bukan tipe pembelajar daring.

Cinta paham sekali tentang hal ini, sampai ia pernah bertanya,

“Kenapa Bunda gak marah, kalau nilai Dede biasa aja? Kalau ibunya Maruko (iya, Maruko Chan) pasti langsung marah.”

Chibi Maruko Chan RTV - Ibu Tau Segalanya -Bahasa Indonesia- Terbaru 2019  -ChocolateCartoon
Ibunya Maruko sudah keluar tanduk.. 😂

Jawaban saya,

“Buat Bunda, proses lebih penting daripada hasil. Selama Dede gak nyontek, gak copy-paste dari mbah Google, dan gak minta ditulisin, nilai biasa saja gak masalah.”

Begichu….  Padahal dalam hati:

“Hidup sudah cukup ribet jangan dibikin makin ribet, Nak.”

9. Set alarm/ pengingat tugas anak.

Untuk orangtua yang pelupa (seperti saya, hihi..) membuat catatan/ alarm pengingat tugas anak sangat penting. Misalnya, untuk dobel cek submit tugas anak di sore hari. Sebab pengalaman bukan sekali dua kali, Cinta melampirkan tugas di clasroom, tapi lupa klik ikon submit alias tidak diserahkan. Analoginya, ini sama saja dengan selesai mengisi buku-buku tugas, tapi buku masih ada di meja siswa, tidak dikumpulkan ke meja gurunya. Terus guru mau koreksi pakai ilmu kebatinan? Heu!

Kadang, sudah diingatkan oleh alarm saja, saya masih terlewat. Perasaan sudah klik submit, ternyata belum. Perasaan sudah lengkap, ternyata belum. Kalau sudah seperti ini ya harus siap-siap dijapri Ibu/ Bapak Guru.

Makanya, jangan pakai perasaan!

10. Jangan segan/ malu bertanya.

Iya, Bundanyacinta paham banget, pelajaran anak zaman sekarang tuh bikin mumet. Apalagi dengan sistem Tematik, anak-anak dituntut agar dapat mengasah pemikiran kritisnya. Belajar berargumentasi, mengembangkan nalar serta kreativitas. Pembelajaran tak lagi satu arah, tapi dua arah untuk menghasilkan siswa yang berani berpendapat.

Bagi saya, sebagai orangtua yang lahir sebagai milenial generasi Y, menghadapi anak yang lahir sebagai generasi Alpha, rasanya nano-nano.

Mulai dari mengikuti caranya belajar, mengimbangi ketidaksukaan mereka untuk berlama-lama didikte, dan cenderung ingin menyerap segala jenis informasi dengan cepat. Jika sudah seperti ini, konsultasikan kendala yang dialami langsung ke guru yang bersangkutan. Mereka akan membantu kita dengan senang hati.

17 Ucapan Lucu yang Sering Banget Ditemui di Medsos

Nah, itu dia sepuluh tips yang saya berikan. Mungkin sebenarnya ada lebih dari sepuluh, tapi ini garis besarnya saja. Semoga bisa berguna untuk para orang tua yang sudah mulai jenuh mendampingi anaknya sekolah dari rumah.

Eh ya, amunisi Cinta untuk menghadapi pembelajaran tatap muka sudah saya persiapkan dari jauh-jauh hari, lho. Mulai dari seragam sekolah yang harus beli lagi karena kekecilan, alat tulis yang hilang-hilangan karena dipakai mainan, hingga trio masker-hand sanitizer-dan tissue basah antiseptik.

Gak cuma saya yang deg-degan, tapi si Cinta juga, hehe… Dia gembira sekali karena akhirnya mulai sekolah lagi, bertemu Ibu Guru dan teman-temannya setelah lama di rumah saja.

Hari pertama jadwal PTM Cinta,
8 Oktober 2021.

Semua butuh proses, apalagi keadaan masih serba tidak menentu. Semoga di masa pembelajaran tatap muka terbatas ini anak-anak tetap sehat, tidak ada kendala yang berarti, dan setelah dievaluasi, kegiatan belajar-mengajar dapat normal seperti sedia kala.

Kalau kalian, apakah ada tips tambahan? Boleh yuuk sharing sehat di kolom komentar. 😉