Cinta Tak Pernah Rumit

Cinta selalu sederhana. Jika rumit, tegaslah memilih pergi atau menua dalam masalah.

***

 couple-260899_960_720

 

Seorang sahabat menjanda sejak empat tahun silam. Sebut saja Lina, sang belahan jiwa meninggal dunia akibat kecelakaan motor. Kala itu teman saya sedang hamil delapan bulan, anak pertama. Keadaannya sungguh memprihatinkan. Bayangan abu-abu menyelimuti hati yang sakit. Bukan hanya pedih karena ditinggal mati, ketakutan-ketakutan juga muncul atas nama ekonomi. Saat anak lahir, tak ada kepala keluarga yang mencari nafkah. Bagaimana cara menghidupi bayi mungil itu kelak? Beruntung, ia bisa menumpang hidup pada keluarganya. Walau terseok-seok, anak itu tumbuh sehat, gempal menggemaskan, dan sudah bersekolah taman kanak-kanak.

Logika saya, Lina akan mendewasa karena hidup menempanya dengan begitu keras. Namun tidak, saya dengar saat ini dia berpacaran dengan seorang duda tanpa pekerjaan yang jelas. Setelah dipacari hampir dua tahun lamanya, berkali-kali ia dijanjikan akan dilamar dan dinikahi. Namun impian manis itu selalu pupus.  Saat tanggal lamaran tiba, ada saja alasan yang diutarakan pacarnya. Semua tak masuk akal. Kali pertama, tidak ada uang. Padahal pihak keluarga tak menuntut hantaran apa pun. Kali kedua, ayah sang pacar ke luar kota. Kali ketiga, si lelaki mengantarkan adiknya ke dokter. Alasan ketiga ini benar-benar membuat orang tua Lina muak.

Entah apa yang ada dipikirannya hingga masih mau menjalin hubungan meski sudah berkali-kali dimodusi. Setiap hari, laki-laki itu bertandang. Tak pelak, omongan miring dari para tetangga bermunculan. Desas-desus yang paling parah adalah karena Lina sudah ‘dipakai’ sehingga ia tidak mau melepaskan pacarnya. Mereka bilang, jika tidak kenapa lagi?

 

Minggu ini, saya mendapat kabar bahwa akhirnya keluarga si pacar benar-benar datang. Namun tidak membawa buah tangan apa-apa sebagaimana layaknya tradisi lamaran. Hanya ditemani kedua orang tuanya, Lina menyambut mereka. Dari pertemuan itu akhirnya ada titik terang. Sang pacar ternyata belum resmi menyandang status duda. Saat ini masih ada istri sah yang tinggal di Sulawesi. Mereka tidak tinggal bersama lagi karena si lelaki diusir oleh keluarga besar istrinya, lagi-lagi tanpa sebab yang masuk akal. Sebenarnya, saya tidak terlalu peduli pada alasannya. Kenyataannya pria itu tidak berniat menceraikan istrinya. Jika Lina tetap memaksa ingin menikah, maka si lelaki bersedia, namun dengan syarat pernikahan itu hanya berstatus di bawah tangan.

 

Rumit dan menyebalkan ya?

 

Saya merinding. Banyak laki-laki tidak beradab yang masih berkeliaran di luar sana, mencari perempuan-perempuan polos seperti Lina yang tidak banyak menuntut. Spesies pria macam itu, tak pernah merasa puas dengan satu perempuan. Jika dari awal sudah berhiaskan kebohongan, bagaimana akhirnya? Jika laki-laki itu orang baik, mengapa ia tidak bisa memperlakukan wanitanya dengan lebih terhormat?

 

Keluarga Lina menolak. Jelas saja menolak. Apa yang bisa diharapkan dari laki-laki pendusta yang tega mendua? Berlagak sanggup menikahi padahal pekerjaan tetap saja tidak ada. Ingin memiliki tapi tidak mau berkomitmen secara sah di mata negara. Ah, Lina,  bodoh jika ia masih bersikeras mau menikahinya.

***

Dear Lina-Lina di luar sana, hidup ini sudah rumit dengan segala persoalannya. Please, jangan ditambah runyam. Kita, sudah sedewasa ini seharusnya bekerja keras untuk  membahagiakan orang tua. Bukan malah membangun derita yang akan ditanggung juga oleh ayah dan ibu kelak. Bagaimana tidak? Sekarang saja kebutuhan ekonomimu ditanggung mereka. Kalau nanti menikah lagi dengan orang yang tidak bertanggung jawab seperti dia dan hidup sengsara, siapa lagi yang akan direpotkan? Mungkinkah mertua mau ambil bagian?

Cinta selalu sederhana bagi mereka yang benar-benar tulus dan mengerti. Jika rumit, itu hanya nafsu yang bercampur ambisi. Tinggalkan saja jika ia bermasalah. Mengapa? Karena setelah pernikahan, rasa itu bukan lagi hal utama. Ia akan pudar seiring masa bergulir, digantikan dengan komitmen dan tanggung jawab. Sungguh penghamba cinta tidak akan pernah mengerti tentang hal ini.

 

 

Catatan kecil seorang Florensia, yang menggunakan logika untuk mencerna sebuah rasa.

 

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #nonfiksi