Dua Paradigma dalam Komponen Utama Pemasaran (1)

Jika berkecimpung di dunia pemasaran, tentu Anda sudah tidak asing dengan istilah Marketing Strategy, Marketing Tactic, dan Marketing Value sebagai komponen utamanya. Ketiga hal tersebut jika ditelaah lebih lanjut akan menghasilkan pemikiran tentang paradigma dalam positioning atau strategi untuk memenangi dan menguasai benak pelanggan melalui iklan dan produk yang kita kampanyekan. Apa sebetulnya paradigma tersebut?

***

Paradigma secara harfiah berarti model atau bentuk. Jadi, paradigma pemasaran adalah model atau bentuk pemasaran yang dilakukan oleh marketing dalam menjual produk atau jasa yang mereka punya. Patokan yang digunakan adalah komponen utama pemasaran, yaitu Marketing Strategy, Marketing Tactic, dan Marketing Value.

marketing-998561__340

Pada abad ini sudah terjadi pergeseran paradigma pemasaran, yaitu dari sistem lama menjadi baru. Mengapa hal ini sampai terjadi? Hal tersebut disebabkan oleh makin banyaknya tuntutan dari pelanggan terhadap pemasar dan tingginya tingkat persaingan bisnis. Berikut penjelasan apa saja perbedaannya:

 

  1. Paradigma Lama dalam Pemasaran

Terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Positioning, Differentiation, dan Brand.

Awalnya, proses pemasaran suatu produk/ jasa hanya sesederhana ini.

 

Positioning

Adalah menancapkan informasi dan nama produk ke benak konsumen, contohnya seperti menyuarakan slogan. Contoh yang paling dekat dengan keseharian kita adalah slogan beberapa jenis produk dalam iklannya:

“Kuat Itu Pantene.”

Kispray, Pilihan Istri Cerdas.”

 

Differentiation

Adalah memberikan identitas pembeda produk yang kita jual dengan produk sejenis, bisa dari segi fungsional atau tampilan fisik. Misal, antara detergen Rinso dengan SoKlin. Meski keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai bahan pembersih pakaian, namun ada perbedaan karakteristik yang spesifik. Rinso sangat kuat dengan karakternya sebagai detergen anti noda. Sedangkan So Klin juga berada di area keunggulannya tersendiri yaitu membersihkan dengan menjaga kelembutan serat kain.

 

Brand

Lalu yang terakhir adalah memberikan merk unik pada produk yang kita jual. Makin unik nama dan logo sebuah brand, produk akan semakin mudah diingat oleh konsumen. Sebuah brand yang sudah memiliki kekuatan yang mumpuni akan menjadi icon untuk produk sejenis. Misalnya seseorang akan cenderung menyebut merk “Aqua” ketika membeli air mineral dalam kemasan. Meski yang diberikan penjual adalah merk kompetitornya seperti Vit dan Total.

 

Pada praktiknya, strategi ini masih dirasa kurang efektif untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Karena itu muncullah paradigma pemasaran baru yang intinya adalah pendalaman pemahaman dan pengembangan variasi dari paradigma lama. Jika tidak mau tergilas roda persaingan, setiap perusahaan atau pelaku usaha harus dapat beradaptasi dengan perubahan ini.

 

Lanjut ke Part 2

 

#ODOP #Onedayonepost #kelasnonfiksi

Kode Etik Kehumasan dan Kaitannya dengan Etika Komunikasi

Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing. Demikian juga dengan Public Relations (PR) atau Kehumasan. Salah satunya adalah kode etik PR versi International Public Relations Association (IPRA) yang merupakan penyempurnaan dari Code of Venice tahun 1961, Code of Athens tahun 1965 dan Code of Brussels tahun 2007.

***

business-1869266__340

 

Berikut isi dari kode etik kehumasan menurut International Public Relations Association (IPRA): 

(a) MENGINGAT Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa yang menentukan “untuk menegaskan kembali iman dalam hak asasi manusia, martabat dan nilai pribadi manusia”.

(b) MENGINGAT “Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia “ tahun 1948 khususnya mengingat Artikel Nomor 19.

(c) MENGINGAT bahwa public relations, dengan mendorong terciptanya informasi terbuka, memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(d) MENGINGAT bahwa pekerjaan public relations dan public affairs merupakan ungkapan kebebasan berpendapat kepada pejabat publik.

(e) MENGINGAT bahwa praktisi public relations melalui kemampuan komunikasinya dapat memberikan pengaruh yang luas perlu mematuhi kode etik profesi dan prilaku yang beretika.

 (f) MENGINGAT bahwa saluran komunikasi seperti internet dan media digital lain dapat menimbulkan informasi yang menyesatkan yang dapat disebarluaskan dan tidak tertandingi, diperlukan perhatian khusus dari praktisi public relations untuk tetap menjaga kepercayaan dan kredibilitas.

(g) MENGINGAT bahwa internet dan digital media lain perlu mendapat perhatian khusus yang berkenaan dengan kerahasiaan pribadi dari seseorang, klien, majikan dan rekan sejawat.

Dalam tindakannya, praktisi public relations harus:

  1. Ketaatan

Mentaati prinsip prinsip dalam Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

  1. Integritas

Bertindak secara jujur dengan penuh integritas setiap saat untuk menyakinkan dan mempertahankan kepercayaan mereka dengan siapa saja praktisi berhubungan.

  1. Dialog

Berusaha membentuk moral, kultural dan intelektual untuk melakukan dialog, dan mengakui hak semua pihak yang terlibat untuk mengemukakan pendapatnya.

  1. Keterbukaan

Berlaku Jujur dan terbuka dalam mengungkapkan nama, organisasi dan kepentingan yang diwakili.

  1. Konflik

Menghindari konflik kepentingan dan mengungkapkan konflik tersebut kepada pihak pihak yang terkait jika diperlukan.

  1. Kerahasiaan

Menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan kepada mereka.

  1. Ketepatan

Melakukan langkah langkah yang wajar untuk meyakinkan kebenaran dan ketepatan dari semua informasi yang diberikan.

 ***

Meski sudah memiliki pedoman pokok (baca: kode etik) tertulis dan tersepakati bersama, masih banyak pelanggaran yang dilakukan. Bahkan PR Officer perusahaan sekaliber Lion Air pun beberapa kali tercatat melakukan pelanggaran karena tidak memberikan informasi secara transparan kepada pengguna jasa penerbangan terkait masalah delay yang selalu berulang.

Sanksi paling buruk yang dijatuhkan oleh IPRA terkait kasus pelanggaran kode etik adalah pemecatan dari keanggotaan yang berarti hilanglah nama baik praktisi tersebut meski ia sudah mendapatkan lisensi. IPRA juga memasukan nama pelanggar tersebut ke daftar hitam. Hal ini adalah mimpi buruk karena dijamin yang bersangkutan sudah dicap sebagai praktisi PR yang tidak memiliki kredibilitas baik.

Berbicara etika, maka hubungannya dengan kode etik adalah tentang moral dan perilaku. Seseorang dikatakan memiliki etika yang baik jika moral dan perilakunya baik. Jika kode etik didefinisikan sebagai suatu sistem norma, nilai dan juga aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar, baik, apa yang tidak benar, dan tidak baik bagi profesional maka jelaslah sudah apa kaitannya dengan etika komunikasi.

communication-skills-3224425__340

PR officer

 

PR adalah profesi yang menuntut praktisinya mampu berkomunikasi secara efektif dan persuasif ke stakeholder internal dan eksternal. PR yang baik tidak hanya berpihak pada perusahaan yang sudah menggajinya, tetapi juga dapat menggunakan moral dan rasa untuk bertindak dengan baik dan bijaksana ke masing-masing khalayak. Semoga artikel ini berguna untuk calon Public Relations officer agar  bisa menjaga moral, etika, dan integritas di dalam setiap nafas pekerjaannya.

 

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #kelasnonfiksi