Margarin memiliki warna yang lebih cerah daripada mentega. Ia juga lebih stabil jika disimpan pada suhu ruang. Margarin yang kemasannya sudah dibuka bisa awet hingga dua bulan tanpa perlu dimasukan ke lemari es. Margarin cocok untuk membuat kue basah/ kue tradisional dan aneka bolu atau cake dengan harga ekonomis. Tekstur kue yang dihasilkan lebih padat dan kokoh dibandingkan menggunakan mentega.
Bagaimana dengan bintang utama di meja tamu saat lebaran? Yup, pada kue nastar yang dicari adalah kelembutan teksturnya. Kriteria nastar yang bagus adalah tidak retak saat dipanggang, tekstur lembut dan mudah “ambyar” di mulut.
Akan mulus atau tidaknya nastar bisa dideteksi dini oleh para bakul kue atau bakers. Jika pada saat adonan dipulung masih terasa keras dan berpasir, itu berarti lemak yang digunakan kurang bagus atau kurang banyak sehingga sebelum dipanggang pun bulatan kue akan terlihat retak. Hal ini bisa disiasati dengan mengganti penggunaan margarin dengan mentega.
Subtitusi Margarin dengan Mentega: Tergantung pangsa pasar produk.
Begitu signifikankah sampai harus menggunakan mentega pada pembuatan nastar?
Kalau saya, YA.
Karena pangsa pasar yang saya miliki adalah mereka yang kritis dengan kualitas rasa yang premium dan biasanya, orang-orang ini tidak rewel pada urusan harga. Percaya atau tidak, harga tak pernah bohong. Sesama mentega saja, antara produk yang mahal (baca: Wijsman) dengan produk sejenis yang lebih murah (baca: Hollman), akan berpengaruh pada kelembutan adonan yang dipulung. Adonan nastar yang menggunakan mentega Wijsman terasa lebih lembut di tangan. Hasil akhir juga akan lebih halus. Aroma dan rasa? Jangan ditanya ya, hehehe….
Tapi banyak juga teman-teman bakers yang bermain di pangsa pasar ekonomis. Hal ini tidak masalah, jika memang lahan basahnya ada di sana. Penjual yang baik harus bisa mengikuti selera pasar, bukan malah memaksakan kehendak yang berujung pada kebangkrutan akibat produk tidak laku di pasaran.
Apakah ada tips untuk membuat nastar yang menggunakan margarin menjadi bercita rasa premium?
Tidak sepenuhnya sama persis, tapi bisa disiasati agar hasil akhir lebih baik. Misal gunakan margarin yang benar-benar lembut (creamy).
Sebagai contoh, saya pernah bereksperimen mengocok Blue Band suhu ruang menggunakan hand mixer, waktu yang diperlukan adalah 20 menit hingga ia benar-benar creamy. Wow, harus sabar memang. Dan jangan biarkan adonan yang sudah jadi menunggu terlalu lama sebelum dipulung karena akan mengering.
Buatlah adonan sedikit-sedikit. Jika memang dalam waktu satu jam kita hanya mampu memulung dan memoles adonan 500 gram tepung terigu, buatlah satu resep itu saja. Jangan memaksa membuat dua resep sekaligus.
Berarti, lama dan rumit ya proses pembuatannya?
Benar sekali, karena itu saya paling kesal kalau ada yang bilang nastar butter ukuran toples setengah kilo yang dihargai Rp 125.000,- mahal. Curhat sedikit ya, jadi bakul kue rumahan itu tidak mudah. Coba deh, bandingkan kue yang kami buat dengan produk bakery punya. Saya pribadi tidak menggunakan bahan pengawet. Produk yang dibuat selalu fresh karena hanya made by order. Dari segi harga? Yakin bisa dapat harga segitu untuk bakery kelas The Harvest, Clairmont, atau Dapur Cokelat? Monggo dicek….
Saya juga heran, dari beberapa varian yang saya jual, selalu nastar yang jadi juara penjualannya. Mungkin, lebaran tanpa nastar ibarat Kerispatih tanpa Sammy Simorangkir ya? Hampa.
Jadi, sudahkah kamu mendapat pencerahan, mau menggunakan mentega atau margarin pada pembuatan kue lebaran, terutama nastar? Kembali ke selera dan pangsa pasar masing-masing ya… Dimanapun lahan basah usaha kalian, syukurilah.
Terus berinovasi dan berkreasi agar pelanggan tidak pindah ke lain hati. Yang belum pernah buat, atau selalu buat tapi belum pernah jualan, mengapa tidak mencoba? Siapa tau dari hobi bisa jadi profesi. Hobi tersalur, Rupiah mengalir. Indah bukan?
Salam sayang dari bakul kue amatiran yang sedang belajar menulis,
Bundanya Cinta.
#ODOPbatch5 #onedayonepost #kelasnonfiksi