Review Film Arini (2018)

Awalnya, mama yang memaksa nonton ini di bioskop. FYI, mama saya masih eksis kesana-kesini lho, bahkan kadang mengalahkan anaknya yang lebih memilih tidur ketika libur. 

***

Judul Film       : Arini (2018)

Genre              : Drama

Rating IMDb  : 6.8/10

DXMpA7uVoAEXWeR

 

 

Arini, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. Sebulan lalu, saya melihat trailernya di Youtube. Pemeran utamanya adalah Aura Kasih dan Morgan Oey. Saya tergelitik oleh genre yang diangkat, yaitu drama tentang kisah cinta wanita yang sudah hampir 40 tahun dengan seorang pria berusia dua puluhan.

Ternyata, film Arini adalah repackaging dari film dengan judul serupa yang tayang di tahun 1987. Untuk kalian yang penasaran, bisa lihat seri jadulnya di sini ya. Kemasan baru serta aktris dan aktor muda berbakatlah yang menjadi daya pikat penarik perhatian banyak orang. Di dalam bioskop, saya perhatikan penonton yang ada ternyata lintas generasi. Mulai dari tante dan om zaman old seumuran mama saya, hingga abg zaman now yang dandanannya lumayan alay (mungkin karena saya nonton ini di Blok M Square ya?)

 

maxpictures

 

Disutradarai oleh Ismail Basbeth, film ini sebagian besar berlatar tempat di Heidelberg, sebuah kota cantik di Jerman tempat Arini (Aura Kasih) dan Nick (Morgan Oey) menghabiskan waktu untuk saling mengenal. Mereka pertama kali berjumpa di kereta, peristiwa itu melambungkan ingatan Arini pada kisah belasan tahun lalu, ketika ia bertemu dengan sahabat lamanya, Ira (Olga Lydia). Ira menjodohkan Arini dengan Helmi (Haydar Salishz), yang belakangan diketahui bahwa ternyata itu hanya kedok untuk menutupi kisah perselingkuhan mereka.

Pertemuan pasangan berbeda usia itu berlanjut setelah mereka pulang ke Yogyakarta. Pada saat itulah perjalanan karier membawa Arini bertemu kembali dengan Helmi dan Ira, dengan cara yang tidak disangka-sangka. Satu per satu cara disusun untuk membalas dendam pada mantan suaminya itu.

 

Alur yang ditampilkan berselang-seling antara alur maju dan mundur, sehingga penonton akan kesulitan mengikuti jalannya cerita jika tidak mengikuti kisahnya secara utuh. Secara keseluruhan film ini cukup ringan dan manis karena dibumbui rayuan gombal khas pemuda yang dilontarkan Nick. Lebih realistis dibandingkan rayuan maut Dilan. Morgan dan Aura Kasih juga mampu menciptakan chemistry yang natural.

 

arinisinopsis-bd

 

Cukup disayangkan ritme cerita dalam film ini terbilang lumayan cepat. Ada beberapa adegan yang menurut saya bisa dibuat lebih mendalam, namun terlewat. Seperti saat pertemuan Arini dengan Ella-anak perempuannya semata wayangnya. Menurut saya, film ini layak mendapatkan rating lebih tinggi dari 6.8. Hai anak muda Indonesia, film ini halus sekali lho. Tutur kata dan pembawaan Arini khas wanita Indonesia, (mungkin terbawa dengan pakem dari versi tahun 1987) lembut dan menyenangkan. Ditambah sajian pemandangan indah kota Heidelberg yang memanjakan mata, dijamin kamu nggak akan ngantuk selama nonton film ini!

 

Apakah Arini yang kaku dan Nick yang periang dapat mengukir kisah kasih meski usia mereka terpaut jauh? Dan Apakah Arini mampu menyembuhkan semua dendam dan kebencian pada setiap bagian masa lalunya? Yuk, temukan jawabannya di bioskop kesayangan kamu.

 

#ODOPbatch5 #Onedayonepost #kelasnonfiksi #reviewfilm #arini2018