Balada Ibu Bekerja

Sudah dua hari kepala saya sakit, sepertinya flu berat. Karena lendir di saluran pernafasan atas belum bisa keluar, rasa nyeri menjalar hingga ke pangkal hidung dan tenggorokan.

***

Di Jakarta cuaca memang sedang ekstrim-ekstrimnya. Siang hari mentari bersinar sangat terik, lalu malamnya hujan turun disertai angin kencang dan petir yang bersahutan. Jika daya tahan tubuh tidak prima, pasti flu menyerang dengan mudah.

Sepulang kerja dan kuliah, rasanya ingin segera tidur karena mata juga sudah mulai berair. Lubang hidung sebelah kanan mampat. Tapi apa daya, namanya juga emak. Niat ingin langsung beristirahat tinggal wacana. Ada bocah yang langsung menggelayuti saya, menangis karena kakinya lecet akibat terjatuh di depan rumah. Duh, harus punya stok sabar ekstra.

Setelah drama peluk-cium-gendong, tangis bocah berhenti. Dengan gaya sok tua, dia mengajak saya masuk kamar dan mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan ajaib. Seperti:

1. Apa tugas para nabi?

2. Sabar itu apa?

3. Syirik itu apa?

Sampai yang paling absurd adalah, ia bertanya mengapa Mama (baca: nenek) tidak punya aplikasi gojek? Kan, bikin nggremet. Pingin nguyel-nguyel nih bocah! Perasaan saya campur aduk. Antara kesal karena lelah dan sakit, tapi juga gemas melihat polahnya. Rasanya ingin jawab, kasih tau nggak yaa?

Cuma tidak bisa begitu juga Mak. Selelah apapun, sudah jadi kewajiban kita untuk meladeni setiap pertanyaan dan keinginannya untuk bermain. Saya tau, anak ini hanya cari perhatian setelah lebih dari dua belas jam terpisah dari ibunya. Dia rindu ingin dipeluk, dicium, dan dikeloni.

Benar saja, setelah dinina-bobok tak sampai lima belas menit dengkur halus mulai terdengar. Rupanya kelelahan setelah menangis dan sesi tanya jawab absurd tadi. Risiko menjadi Ibu bekerja ya seperti ini, membagi peran sendiri agar bisa menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk si buah hati. Sebisa mungkin saya menjaga suasana hati selalu kondusif agar tidak berefek negatif pada anak. 

Saya yakin, ditempatkan pada kondisi seperti ini oleh Tuhan bukannya tanpa alasan. Mungkin ladang pahala yang saya punya lebih luas dari sebelumnya. Barangkali diri ini akan melenting lebih tinggi seperti bola karet yang dibanting keras ke dasar lantai. Bisa jadi.

So, Mblo, kalau kamu masih juga bermalas-malasan dan suka menunda, harusnya malu deh sama saya. Masa, kalah rajin sama mamah muda ini? Aih!

Oya, apakah diantara teman-teman ada juga yang menjadi single parent seperti saya? Kalau bocah mendadak merengek minta adik, kamu jawab apa?  Hehehe….

 

#ODOPbatch5 #Onedayonepost #parenting #kelasnonfiksi

Tinggalkan komentar